KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
karunia_Nya yang tidak ternilai kepada kami. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curah kepada Rasululloh SAW, keluarga dan segenap sahabat-sahabatnya,
hingga akhir zaman. Amin.
Banyak rintangan
dan hambatan yang kamai hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik yang bersifat langsung maupun
tidak langsung Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah HASIL OBSERVASI
CANDI CANGKUANG DAN KAMPUNG PULO Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Antropologi.
Seperti pepatah
lama tidak ada gading yang tak retak, demikian juga dalam hal penyusunan
makalah ini. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna
perbaikan makalah ini selanjutnya.
Semoga
makalah ini dapat mencapai apa yang di harapkan Bapa Ibu guru.
Garut, Maret 2010
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ...................................................................................... 1
DAFTAR
ISI ..................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 3
1.2 Pembatasan Masalah.......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan Makalah.................................................................. 4
1.4 Teknik Penyusunan............................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Candi Cangkuang dan Kampung Pulo ............................. 5
2.2 7 Unsur Kebudayaan Masyarakat Kampung Pulo
…………….. 7
2.3
Sistem Politik di Candi Cangkuang dan
Kampung Pulo ........... 9
2.4 Simbol-simbol /
lambang yang di gunakan di Candi Cangkuang
dan Kampung Pulo ………………………………………….. 9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................... 12
3.2 Saran............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………. 13
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa Cangkuang terletak diantara kota
Bandung dan
Garut. Di desa ini terdapat sebuah kampung yang bernama Kampung Pulo. Di
kampung ini juga terdapat sebuah candi kecil peninggalan agama Hindu yang
bernama Candi Cangkuang. Candi ini ditemukan pada tanggal 3 Desember 1966 oleh
Drs. Uka Chandrasasmita. Beliau menemukan candi ini berdasarkan buku yang
ditulis oleh orang Belanda yang bernama Voderman dengan judul bukunya Notulen
Batavia Henofsaf pada tahun 1823.
Menurut Arkeolog, Candi Cangkuang Cangkuang
didirikan sekitar abad ke 8. Hal ini dikarenakan bentuk Candi ini masih sangat
sederhana. Diberi nama Candi Cangkuang karena candi ini ada di desa Cangkuang.
Tidak hanya itu, di desa ini juga terdapat pohon Cangkuang yang sejenis dengan
tanaman palem. Objek wisata Candi Cangkuang baru dibuka dan diresmikan pada tanggal
8 Desember 1976 oleh Mentri Pendidikan Prof. Dr. Sarif Sajid.
Kami khususnya orang yang
bertempat tinggl di garut sedikit banyak tidak mengetahui bagai mana asal usul
candi cangkuang dan kampong pulo, untuk itu sendiri maka kami berinisiatif umtuk melakukan observasi ke
candi cangkuang dan kampong pulo.
Bertitik tolak pada uraian permasalahan diatas,
kami mencoba untuk memberikan
pengetahuan mengenai hal-hal tersebut dan selanjutnya di tuangkan dalam bentuk makalah ini.
1.2 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka kami
merumuskan dan membatasi masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana latar
belakang sejarah berdirinya Candi Cangkuang dan Kampung pulo?
2.
Bagaimana kebudayaan
di Candi Cangkuang dan Kampung Pulo?
3.
Bagaimana
Sistem Politik di Candi Cangkuang dan Kampung Pulo?
4.
Adakah
simbol-simbol / lambang yang di gunakan di Candi Cangkuang dan Kampung Pulo
1.3 Tujuan
Penulisan Makalah
Dari pembatasan masalah diatas, maka tujuan penyusunan
makalah ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui latar belakang sejarah
berdirinya Candi Cangkuang dan Kampung pulo.
2.
Untuk mengetahui
kebudayaan di Candi Cangkuang dan Kampung Pulo.
3.
Untuk mengetahui
Sistem Politik di Candi Cangkuang dan Kampung Pulo.
4.
Untuk
mengetahui simbol-simbol / lambang yang di gunakan di Candi Cangkuang dan
Kampung Pulo.
1. 4 Teknik Penyusunan
Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode observasi,
yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengambilan sumber informasi dengan menanyakan
langsung kepada narasumber. pengambilan informasi juga dari berbagai referensi
makalah yang berhubungan dengan isi makalah ini. Berbagai materi tersebut
dirangkum dan digabungkan.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Asal Mula Candi Cangkuang dan Kampung Pulo
Gambar: Gerbang masuk Kampong Pulo
Desa Cangkuang terletak diantara kota
Bandung dan
Garut. Di desa ini terdapat sebuah kampung yang bernama Kampung Pulo. Di
kampung ini juga terdapat sebuah candi kecil peninggalan agama Hindu yang
bernama Candi Cangkuang.
Gambar: Candi Cangkuang
Candi ini ditemukan pada tanggal 3 Desember 1966 oleh Drs. Uka
Chandrasasmita. Beliau menemukan candi ini berdasarkan buku yang ditulis oleh
orang Belanda yang bernama Voderman dengan judul bukunya Notulen Batavia
Henofsaf pada “tahun 1823. Dalam buku ini tertulis bahwa di Candi Cangkuang
terdapat makam Arif Muhamad dan sebuah arca siwa. Akhirnya pada tahun 1967 –
1968 diadakan penelitian dan dilakukan “penggalian yang bekerjasama dengan CV.
Haruman. Dan benar saja, setelah dilakukan penggalian kemudian ditemukan
pondasi – pondasi candi berukuran 4.5 X 4.5 M. dan pada tahun 1974 – 1976
dilakukan pemugaran terhadap candi ini. Mungkin karena terlalu lama terkubur,
keadaan candi ini sudah tidak baik lagi. Karena itu, candi ini mengalami
perbaikan sehingga tidak 100% asli. Sekarang ini panjang candi Cangkuang
sekitar 4.5 X 4.5 M dan tingginya mencapai 8 M.
Menurut Arkeolog, Candi Cangkuang Cangkuang didirikan sekitar abad
ke 8. Hal ini dikarenakan bentuk Candi ini masih sangat sederhana. Diberi nama
Candi Cangkuang karena candi ini ada di desa Cangkuang. Tidak hanya itu, di
desa ini juga terdapat pohon Cangkuang yang sejenis dengan tanaman palem. Objek
wisata Candi Cangkuang baru dibuka dan diresmikan pada tanggal 8 Desember 1976
oleh Mentri Pendidikan Prof. Dr. Sarif Sajid.
Dalam Candi Cangkuang ini ini juga terdapat Arca Siwa yang dulu
pernah dikabarkan hilang kepalanya. Mitos mengatakan bahawa jika seseorang
setelah berjiarah ke Makam Arif Muhamad lalu mengangkat patung Siwa ini maka
keinginannya akan terkabul. Hal inilah yang memicu menghilangnya kepala dari
Arca Siwa.
Tokoh ternama di Desa Cangkuang yaitu Embah Dalem Arif Muhammad.
Beliau adalah penyebar agama Islam di Desa Cangkuang. Menurut
cerita,masyarakat, Kampung Pulo dulunya beragama Hindu, lalu Embah Dalem
Muhammad singgah di daerah ini karena ia terpaksa mundur karena mengalami
kekalahan pada penyerangan terhadap Belanda. Karena kekalahan ini Embah Dalem Arif
Muhamad tidak mau kembali ke Mataram karena malu dan takut pada Sultan
agung. Beliau mulai menyebarkan agama Islam pada masyarakat masyarakat kampung
Kampung Pulo. dari Embah Dalem Arif Muhammad beserta kawan-kawannya menetap di
daerah Cangkuang yaitu Kampung Pulo. Sampai beliau wafat dan dimakamkan di
kampung Pulo. Beliau wafat pada permulaan abad ke-17. Beliau harus meninggalkan
6 orang keenam “anak wanita dan satu orang anak laki – laki. Oleh karena itu,
di Kampung Pulo terdapat 6 buah rumah adat yang berjejer saling berhadapan
masing – masing 3 buah rumah dikiri dan dikanan yang melambangkan keenam anak
wanita Embah Dalem Arif Muhamad boleh “ditambah dengan sebuah mesjid yang
melambangkan anak laki – laki dari Embah Dalem Arif Muhammad. Jumlah dari rumah
tersebut tidak boleh ditambah atau dikurangi serta yang berdiam di rumah
tersebut tidak boleh lebih dari 6 kepala keluarga. Jika seorang anak sudah
dewasa kemudian menikah maka paling lambat 2 minggu setelah itu harus
meninggalkan rumah dan harus keluar dari lingkungan keenam rumah tersebut.
Walaupun 100% masyarakat kampung Pulo beragama Islam tetapi mereka juga tetap
melaksanakan sebagian upacara ritual Hindu.
Makam Embah Dalem Dalem Arif Muhamad berada di pinggir kanan Candi
Cangkuang. Batu nisannya miring karena ada pepatah yang mengatakan semakin
pandai semakin berisi. Ini juga melambangkan Embah Dalem Arif Muhamad yang
rendah hati tidak sombong.
2.2 7 Unsur Kebudayaan Masyarakat Kampung Pulo
Penjabaran dari ketujuh unsur kebudayaan pada masyarakat Kampung
Pulo, yaitu:
1. Bahasa
Bahasa yang digunakan masyarakat Kampung Pulo yaitu bahasa Indonesia.
Untuk bahasa daerah mereka mengerti dalam penggunaan bahasa sunda.
2. Sistem pengetahuan
Sistem pengetahuan berkaitan dengan pendidikan yang sudah ditetapkan
pemerintah. Misalnya wajar diknas 9 tahun.
3. Organisasi sosial
Masyarakat Kampung Pulo yang tinggal di luar daerah memiliki suatu
perkumpulan, sehingga dapat berkumpul dalam satu acara. Menurut Sang Kuncen ,
justru masyarakat diluar kampung Pulo lah yang aktif dalam acara pertemuan
organisasi daripada masyarakat yang tinggal di Kampung Pulo sendiri.
4.Sistem peralatan hidup dan
teknologi
Masyarakat Kampung Kampung “Pulo sudah mengenal tekhnologi. Hanya
saja karena bangunan tidak boleh berubah, maka bangunan di Kampung Pulo tetap
tradisional. Untuk memasak pun mereka masih menggunakan tungku atau kompor
minyak..
5. Sistem mata pencaharian
hidup
Mata pencaharian masyarakat Kampung Pulo yaitu bertani dan nelayan.
Tapi setelah dijadikan obyek wisata, ada pula masyarakat yang menjual souvenir.
6.Sistem religi
Sudah dijelaskan diatas, bahwa masyarakat Kampung Pulo sekarang ini
sudah beragama Islam yang disebarkan oleh Embah Dalem Arif Muhamad. Sedangkan
dulunya beragama Hindu.
7. Kesenian
Kesenian yang masih dipelihara di Kampung Pulo yaitu rudat ( pencak
silat dengan iringan musik rebana )
2.3 Sistem Politik di Candi Cangkuang dan Kampung Pulo
Untuk sistem
politik di kampung pulo, kampung pulo memiliki seorang kepala suku yang di
sebut sebagai kuncen. Kepala suku inilah yang di percaya oleh masyarakat
sekitar bisa menghubungkan dunia nyata dengan dunia lain, kepala suku ini
selalu meminpin upacara-upacara adat yang di laksanakan di Kampung Pulo.
Untuk sistem
politik di wilyah negara masyarakat pulo
mengikuti sistem politik yang di terapkan oleh pemerintah Indonesia, contoh;
apabila ada pemilihan seperti pemilihan ketua RT ataupun pemilihan Presiden
masyarakat di Kampung Pulo akan mengikuti pemilihan tersebut tanpa absen
sekalipun.
2.4 Simbol-simbol /
lambang yang di gunakan di Candi Cangkuang dan Kampung Pulo
Di Kampung Pulo tidak boleh terdapat lebih dari 7
bangunan pokok. Ini adalah suatu ketentuan yang harus dipatuhi. Jika tidak,
dipercaya akan mendatangkan bencana. Hal ini juga melambangkan ke 7 anak dari
Embah Dalem Arif Muhammad. Keterangan denah komplek rumah adat Kampung Pulo
yaitu:
Denah rumah adat Kampong Pulo
Ket: 1. Rumah Kuncen
2. Rumah Adat
3. Rumah Adat
4.
Rumah Adat
5.
Rumah Adat
6. Rumah adat
7. Mesjid Kampung
Rumah yang saling berhadapan melambangkan bahwa setiap keluarga
harus saling memperhatikn keluarganya, di misalkan apabila satu rumah dapurnya
tidak kelihatan ada asap berarti keluarga tersebut tidak menanak nasi, karena
rumah tersebut berhadapan jadi keluarga lain bisa melihat kondisi keluarga yang
lain tersebut maka keluarga tersebut harus membantu kepada saudranya
Mesjid melambangkan anak Embah Dalem Arif Muhammad yang telah
meninggal waktu usianya masih kecil.
Gambar: Makam Embah Dalem Arif Muhammad
Batu nisan makam Embah Dalem Arif Muhammad merunduk melambangkan
bahwa Embah Dalem Arif Muhammad orangny rendah hati dan tidak sombong.
Dalam adat istiadat Kampung Pulo terdapat beberapa ketentuan yang
masih berlaku hingga sekarang yaitu :
o Tidak boleh berziarah pada hari rabu ke makam yang dikeramatkan.
o Atap rumah tidak boleh terbuat dari jure.
o Tidak boleh memukul goong besar.
o Tidak boleh menambah atau mengurangi bangunan pokok.
o Tidak boleh memelihara hewan besar berkaki empat seperti kambing
atau sapi.
o Memandikan benda pusaka misalnya keris setiap tanggal 14 Maulid dan
dilakukan pada saat terang bulan
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Candi Cangkuang
merupakan peninggalan agama Hindu, abad ke 8 yang di temukan oleh Drs. Uka Chandrasasmita. di samping candi tersebut ada sebuah makam
penyebar agama islam yaitu makam Embah Dalem Arif Muhammad, yang batu
nisan nya sedikit merunduk ke bawah yang mengaritikan bahwa Embah Dalem
Arif Muhammad orang yang rendah hati dan tidak sombong. Di bawah candi
cangkuang ada perkampungan yang di sebut Kampong Pulo, kampong ini memilik adat
istiadat yang sampai sekarang masih terpelihara adatnya, misalkan bangunan
rumah yang ada di Kampong Pulo tidak boleh lebih dari 6.
Candi cangukang dan Kampung Pulo merupakan
hatra wariasan budaya yang tidak bisa ternilaikan oleh uang, cagar budaya ini
bukan hanya sebagai warisan budaya bangsa Indonesia melainkan warisan budaya
Dunia.
Untuk itu kita sebagai
orang asli garut yang letak geografisnya terhitung dekat dengan cagar budaya
ini wajib mengenal dan mengetahui seperti apa Candi cangkuang dan Kampung Pulo
itu. Selain mengenal dan mengetahui kta juga wajib untuk memelihara dan
mempromosikan cagar budaya daerah kita supaya cagar budaya ini menjadi terkenal
dan kelangsungnya cagar budaya ini bisa terpelihara dengan baik.
3.2
SARAN
Sebaiaknya untuk tugas
yang berikutnya kita lebih bisa berinteraksi dengan orang kampung pulonya
langsung, tentu dengan etika yang baik, dan tatakrama yang baik pula.
DAPTAR
FUSTAKA
Masyarakat Kampung Pulo