Laman

Rabu, 16 Mei 2012

OBSERVASI CANDI CANGKUANG DAN KAMPUNG PULO


KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia_Nya yang tidak ternilai kepada kami. Shalawat serta salam semoga terlimpah curah kepada Rasululloh SAW, keluarga dan segenap sahabat-sahabatnya, hingga akhir zaman. Amin.
            Banyak rintangan dan hambatan yang kamai hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah HASIL OBSERVASI CANDI CANGKUANG DAN KAMPUNG PULO Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Antropologi.
            Seperti pepatah lama tidak ada gading yang tak retak, demikian juga dalam hal penyusunan makalah ini. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna perbaikan makalah ini selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat mencapai apa yang di harapkan Bapa Ibu guru.



                                                                                  













Garut, Maret 2010


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ...................................................................................... 1
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang................................................................................... 3
1.2  Pembatasan Masalah.......................................................................... 4
1.3  Tujuan Penulisan Makalah.................................................................. 4
1.4  Teknik Penyusunan............................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
            2.1    Sejarah  Candi Cangkuang dan Kampung Pulo ............................. 5
            2.2    7 Unsur Kebudayaan Masyarakat Kampung Pulo ……………..    7
            2.3     Sistem Politik di Candi Cangkuang dan Kampung Pulo ...........    9
            2.4      Simbol-simbol / lambang yang di gunakan di Candi Cangkuang
                       dan Kampung Pulo  …………………………………………..     9
BAB III  PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................... 12
3.2 Saran............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….   13






















PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Desa Cangkuang terletak diantara kota Bandung dan Garut. Di desa ini terdapat sebuah kampung yang bernama Kampung Pulo. Di kampung ini juga terdapat sebuah candi kecil peninggalan agama Hindu yang bernama Candi Cangkuang. Candi ini ditemukan pada tanggal 3 Desember 1966 oleh Drs. Uka Chandrasasmita. Beliau menemukan candi ini berdasarkan buku yang ditulis oleh orang Belanda yang bernama Voderman dengan judul bukunya Notulen Batavia Henofsaf pada tahun 1823.
Menurut Arkeolog, Candi Cangkuang Cangkuang didirikan sekitar abad ke 8. Hal ini dikarenakan bentuk Candi ini masih sangat sederhana. Diberi nama Candi Cangkuang karena candi ini ada di desa Cangkuang. Tidak hanya itu, di desa ini juga terdapat pohon Cangkuang yang sejenis dengan tanaman palem. Objek wisata Candi Cangkuang baru dibuka dan diresmikan pada tanggal 8 Desember 1976 oleh Mentri Pendidikan Prof. Dr. Sarif Sajid.
Kami khususnya orang yang bertempat tinggl di garut sedikit banyak tidak mengetahui bagai mana asal usul candi cangkuang dan kampong pulo, untuk itu sendiri maka kami  berinisiatif umtuk melakukan observasi ke candi cangkuang dan kampong pulo.
Bertitik tolak pada uraian permasalahan diatas, kami mencoba untuk                      memberikan pengetahuan mengenai hal-hal tersebut dan selanjutnya di tuangkan dalam bentuk makalah ini.











1.2 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka kami merumuskan dan membatasi masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana latar belakang sejarah berdirinya Candi Cangkuang dan Kampung pulo?
2.      Bagaimana kebudayaan di Candi Cangkuang dan Kampung Pulo?
3.      Bagaimana Sistem Politik di Candi Cangkuang dan Kampung Pulo?
4.      Adakah simbol-simbol / lambang yang di gunakan di Candi Cangkuang dan Kampung Pulo
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Dari pembatasan masalah diatas, maka tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui latar belakang sejarah berdirinya Candi Cangkuang dan Kampung pulo.
2.      Untuk mengetahui kebudayaan di Candi Cangkuang dan Kampung Pulo.
3.      Untuk mengetahui Sistem Politik di Candi Cangkuang dan Kampung Pulo.
4.      Untuk mengetahui simbol-simbol / lambang yang di gunakan di Candi Cangkuang dan Kampung Pulo.

1. 4 Teknik Penyusunan
Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengambilan sumber informasi dengan menanyakan langsung kepada narasumber. pengambilan informasi juga dari berbagai referensi makalah yang berhubungan dengan isi makalah ini. Berbagai materi tersebut dirangkum dan digabungkan.







BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Asal Mula Candi Cangkuang dan Kampung Pulo
Gambar: Gerbang masuk Kampong Pulo
Desa Cangkuang terletak diantara kota Bandung dan Garut. Di desa ini terdapat sebuah kampung yang bernama Kampung Pulo. Di kampung ini juga terdapat sebuah candi kecil peninggalan agama Hindu yang bernama Candi Cangkuang.
 Gambar: Candi Cangkuang
Candi ini ditemukan pada tanggal 3 Desember 1966 oleh Drs. Uka Chandrasasmita. Beliau menemukan candi ini berdasarkan buku yang ditulis oleh orang Belanda yang bernama Voderman dengan judul bukunya Notulen Batavia Henofsaf pada “tahun 1823. Dalam buku ini tertulis bahwa di Candi Cangkuang terdapat makam Arif Muhamad dan sebuah arca siwa. Akhirnya pada tahun 1967 – 1968 diadakan penelitian dan dilakukan “penggalian yang bekerjasama dengan CV. Haruman. Dan benar saja, setelah dilakukan penggalian kemudian ditemukan pondasi – pondasi candi berukuran 4.5 X 4.5 M. dan pada tahun 1974 – 1976 dilakukan pemugaran terhadap candi ini. Mungkin karena terlalu lama terkubur, keadaan candi ini sudah tidak baik lagi. Karena itu, candi ini mengalami perbaikan sehingga tidak 100% asli. Sekarang ini panjang candi Cangkuang sekitar 4.5 X 4.5 M dan tingginya mencapai 8 M.
Menurut Arkeolog, Candi Cangkuang Cangkuang didirikan sekitar abad ke 8. Hal ini dikarenakan bentuk Candi ini masih sangat sederhana. Diberi nama Candi Cangkuang karena candi ini ada di desa Cangkuang. Tidak hanya itu, di desa ini juga terdapat pohon Cangkuang yang sejenis dengan tanaman palem. Objek wisata Candi Cangkuang baru dibuka dan diresmikan pada tanggal 8 Desember 1976 oleh Mentri Pendidikan Prof. Dr. Sarif Sajid.
Dalam Candi Cangkuang ini ini juga terdapat Arca Siwa yang dulu pernah dikabarkan hilang kepalanya. Mitos mengatakan bahawa jika seseorang setelah berjiarah ke Makam Arif Muhamad lalu mengangkat patung Siwa ini maka keinginannya akan terkabul. Hal inilah yang memicu menghilangnya kepala dari Arca Siwa.
Tokoh ternama di Desa Cangkuang yaitu Embah Dalem Arif Muhammad. Beliau adalah penyebar agama Islam di Desa Cangkuang. Menurut cerita,masyarakat, Kampung Pulo dulunya beragama Hindu, lalu Embah Dalem Muhammad singgah di daerah ini karena ia terpaksa mundur karena mengalami kekalahan pada penyerangan terhadap Belanda. Karena kekalahan ini Embah Dalem Arif Muhamad tidak mau kembali ke Mataram karena malu dan takut pada Sultan agung. Beliau mulai menyebarkan agama Islam pada masyarakat masyarakat kampung Kampung Pulo. dari Embah Dalem Arif Muhammad beserta kawan-kawannya menetap di daerah Cangkuang yaitu Kampung Pulo. Sampai beliau wafat dan dimakamkan di kampung Pulo. Beliau wafat pada permulaan abad ke-17. Beliau harus meninggalkan 6 orang keenam “anak wanita dan satu orang anak laki – laki. Oleh karena itu, di Kampung Pulo terdapat 6 buah rumah adat yang berjejer saling berhadapan masing – masing 3 buah rumah dikiri dan dikanan yang melambangkan keenam anak wanita Embah Dalem Arif Muhamad boleh “ditambah dengan sebuah mesjid yang melambangkan anak laki – laki dari Embah Dalem Arif Muhammad. Jumlah dari rumah tersebut tidak boleh ditambah atau dikurangi serta yang berdiam di rumah tersebut tidak boleh lebih dari 6 kepala keluarga. Jika seorang anak sudah dewasa kemudian menikah maka paling lambat 2 minggu setelah itu harus meninggalkan rumah dan harus keluar dari lingkungan keenam rumah tersebut. Walaupun 100% masyarakat kampung Pulo beragama Islam tetapi mereka juga tetap melaksanakan sebagian upacara ritual Hindu.
Makam Embah Dalem Dalem Arif Muhamad berada di pinggir kanan Candi Cangkuang. Batu nisannya miring karena ada pepatah yang mengatakan semakin pandai semakin berisi. Ini juga melambangkan Embah Dalem Arif Muhamad yang rendah hati tidak sombong.

2.2   7 Unsur Kebudayaan Masyarakat Kampung Pulo
Penjabaran dari ketujuh unsur kebudayaan pada masyarakat Kampung Pulo, yaitu:
1. Bahasa
Bahasa yang digunakan masyarakat Kampung Pulo yaitu bahasa Indonesia. Untuk bahasa daerah mereka mengerti dalam penggunaan bahasa sunda.
                    2. Sistem pengetahuan
Sistem pengetahuan berkaitan dengan pendidikan yang sudah ditetapkan pemerintah. Misalnya wajar diknas 9 tahun.
                   

                   3. Organisasi sosial
Masyarakat Kampung Pulo yang tinggal di luar daerah memiliki suatu perkumpulan, sehingga dapat berkumpul dalam satu acara. Menurut Sang Kuncen , justru masyarakat diluar kampung Pulo lah yang aktif dalam acara pertemuan organisasi daripada masyarakat yang tinggal di Kampung Pulo sendiri.
                   4.Sistem peralatan hidup dan teknologi
Masyarakat Kampung Kampung “Pulo sudah mengenal tekhnologi. Hanya saja karena bangunan tidak boleh berubah, maka bangunan di Kampung Pulo tetap tradisional. Untuk memasak pun mereka masih menggunakan tungku atau kompor minyak..
                  5. Sistem mata pencaharian hidup
Mata pencaharian masyarakat Kampung Pulo yaitu bertani dan nelayan. Tapi setelah dijadikan obyek wisata, ada pula masyarakat yang menjual souvenir.
             6.Sistem religi
Sudah dijelaskan diatas, bahwa masyarakat Kampung Pulo sekarang ini sudah beragama Islam yang disebarkan oleh Embah Dalem Arif Muhamad. Sedangkan dulunya beragama Hindu.
              7. Kesenian
Kesenian yang masih dipelihara di Kampung Pulo yaitu rudat ( pencak silat dengan iringan musik rebana )



2.3 Sistem Politik di Candi Cangkuang dan Kampung Pulo
Untuk sistem politik di kampung pulo, kampung pulo memiliki seorang kepala suku yang di sebut sebagai kuncen. Kepala suku inilah yang di percaya oleh masyarakat sekitar bisa menghubungkan dunia nyata dengan dunia lain, kepala suku ini selalu meminpin upacara-upacara adat yang di laksanakan di Kampung Pulo.
Untuk sistem politik di wilyah negara  masyarakat pulo mengikuti sistem politik yang di terapkan oleh pemerintah Indonesia, contoh; apabila ada pemilihan seperti pemilihan ketua RT ataupun pemilihan Presiden masyarakat di Kampung Pulo akan mengikuti pemilihan tersebut tanpa absen sekalipun.
2.4 Simbol-simbol / lambang yang di gunakan di Candi Cangkuang dan Kampung Pulo
Di Kampung Pulo tidak boleh terdapat lebih dari 7 bangunan pokok. Ini adalah suatu ketentuan yang harus dipatuhi. Jika tidak, dipercaya akan mendatangkan bencana. Hal ini juga melambangkan ke 7 anak dari Embah Dalem Arif Muhammad. Keterangan denah komplek rumah adat Kampung Pulo yaitu:
Denah rumah adat Kampong Pulo
 

Ket: 1. Rumah Kuncen
        2. Rumah Adat
  3. Rumah Adat
  4. Rumah Adat
  5. Rumah Adat
 6. Rumah adat
 7. Mesjid Kampung
Rumah yang saling berhadapan melambangkan bahwa setiap keluarga harus saling memperhatikn keluarganya, di misalkan apabila satu rumah dapurnya tidak kelihatan ada asap berarti keluarga tersebut tidak menanak nasi, karena rumah tersebut berhadapan jadi keluarga lain bisa melihat kondisi keluarga yang lain tersebut maka keluarga tersebut harus membantu kepada saudranya
Mesjid melambangkan anak Embah Dalem Arif Muhammad yang telah meninggal waktu usianya masih kecil.
 
Gambar: Makam Embah Dalem Arif Muhammad
Batu nisan makam Embah Dalem Arif Muhammad merunduk melambangkan bahwa Embah Dalem Arif Muhammad orangny rendah hati dan tidak sombong.
Dalam adat istiadat Kampung Pulo terdapat beberapa ketentuan yang masih berlaku hingga sekarang yaitu :
o    Tidak boleh berziarah pada hari rabu ke makam yang dikeramatkan.
o    Atap rumah tidak boleh terbuat dari jure.
o    Tidak boleh memukul goong besar.
o    Tidak boleh menambah atau mengurangi bangunan pokok.
o    Tidak boleh memelihara hewan besar berkaki empat seperti kambing atau sapi.
o    Memandikan benda pusaka misalnya keris setiap tanggal 14 Maulid dan dilakukan pada saat terang bulan



















BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Candi Cangkuang merupakan peninggalan agama Hindu, abad ke 8 yang di temukan oleh Drs. Uka Chandrasasmita.  di samping candi tersebut ada sebuah makam penyebar agama islam yaitu makam  Embah Dalem Arif Muhammad, yang batu  nisan nya sedikit merunduk ke bawah yang mengaritikan bahwa Embah Dalem Arif Muhammad orang yang rendah hati dan tidak sombong. Di bawah candi cangkuang ada perkampungan yang di sebut Kampong Pulo, kampong ini memilik adat istiadat yang sampai sekarang masih terpelihara adatnya, misalkan bangunan rumah yang ada di Kampong Pulo tidak boleh lebih dari 6.
 Candi cangukang dan Kampung Pulo merupakan hatra wariasan budaya yang tidak bisa ternilaikan oleh uang, cagar budaya ini bukan hanya sebagai warisan budaya bangsa Indonesia melainkan warisan budaya Dunia.
Untuk itu kita sebagai orang asli garut yang letak geografisnya terhitung dekat dengan cagar budaya ini wajib mengenal dan mengetahui seperti apa Candi cangkuang dan Kampung Pulo itu. Selain mengenal dan mengetahui kta juga wajib untuk memelihara dan mempromosikan cagar budaya daerah kita supaya cagar budaya ini menjadi terkenal dan kelangsungnya cagar budaya ini bisa terpelihara dengan baik.
3.2    SARAN
Sebaiaknya untuk tugas yang berikutnya kita lebih bisa berinteraksi dengan orang kampung pulonya langsung, tentu dengan etika yang baik, dan tatakrama yang baik pula.










DAPTAR FUSTAKA

Masyarakat Kampung Pulo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar